Minggu, 08 Juni 2014

Jejak Ekologis

JEJAK EKOLOGI

A.     Ekological Footprint / Jejak Ekologi

a.       Pengertian
Ecological Footprint adalah alat bantu untuk dapat kita pergunakan dalam mengukur penggunaan sumberdaya dan kemampuan menampung limbah dari populasi manusia dihubungkan dengan kemampuan lahan, biasanya dinyatakan dalam hektar. Ecological Footprint dapat digunakan sebagai ukuran prestasi kita dalam mendukung keberlanjutan bumi ini, dan menjadi indikator terbaik dan efisien dalam mendukung keberlanjutan kehidupan. Alat ukur ini menjadi penting dalam konteks untuk mengetahui apakah kegiatan konsumsi yang kita lakukan masih dalam batas daya dukung lingkungan ataukah sudah melewatinya, dengan kata lain masih dalam surplus ataukah sudah dalam defisit (penurunan kualitas) ekologi.
            Ecological Footprint secara sederhana dapat ditentukan dengan menelusuri berapa besarnya konsumsi sumberdaya alam (baik berupa produk ataupun jasa), serta sampah yang kita produksi dan disetarakan dengan area permukaan bumi yang produktif secara biologis dalam satuan luasan hektar (ha).

b.       Konsep Ecologi footprint
Tapak ekologi (Ecological Footprint) adalah konsep untuk mencermati pengaruh manusia terhadap cadangan dan daya dukung bumi
Memahami tapak ekologi memungkinkan untuk melihat seberapa besar kekayaan alam (‘renewable’) yang masih tersisa, dan seberapa besar pengaruh konsumsi manusia terhadap ketersediaannya
Tapak ekologi atau ecological footprint adalah perangkat analisis untuk mengukur dan mengomunikasikan dampak pemanfaatan sumber daya pada lingkungan. Komponen yang dianalisis dalam tapak ekologi adalah penggunaan energi langsung.
·         material dan limbah
·         pangan
·         transport personal
·         air
·         bangunan

c.       Perilaku konsumen
Jika manusia (secara keseluruhan, kaya ataupun miskin) menjadi tertuduh atas penyebab kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, apa yang bisa dilakukan. Sekarang ini target yang dilakukan oleh para pembela lingkungan adalah bagaimana sesegera mungkin orang dapat mengubah pola gaya hidup dan perilaku.
Ada empat faktor yang diperkirakan dapat menentukan perubahan bagi perilaku manusia, baik secara individual maupun kolektif yaitu :
1.       Nilai-nilai moral dan budaya didalamnya termasuk nilai keagamaan yang mengkristal. Dengan keyakinan, seseorang akan terdorong untuk tidak cenderung merusak atau melakukan sesuatu berlebih-lebihan. Misalnya agama sangat menganjurkan manusia tidak berlaku boros dan bertindak mubazir. Di lain pihak, budaya pula yang dapat mendorong atau menahan seseorang berperilaku konsumtif dan hedonis.
2.       Pendidikan, yang diharapkan mampu meningkatkan kapasitas seseorang, baik individu maupun kolektif, dalam menyikapi dan mengubah diri untuk mendukung gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.
3.       Perundang-undangan atau aturan dan tata kerja yang jelas, yang mendorong manusia tidak akan secara sembrono menguras sumber daya alam. Kealpaan dalam menerapkan sistem legal ini sangat krusial dan pernah terjadi di Indonesia, sehingga tidak ada ketentuan dan pembatasan kepemilikan hak pengusahaan hutan. Seorang taipan pernah diperbolehkan menguasai konsesi hingga 5 juta hektare dan berhasil mempercepat pengurasan sumber daya kemudian menimbulkan kerugian Negara.
4.       Harga pasar, yang mendorong seseorang bergerak mengeksploitasi sumber daya guna mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya. Contoh yang baik sekarang ini tengah terjadi. Ketika crude palm oilmeninggi, animo dan nafsu para investor serta pelaku bisnis akan lebih agresif guna membuka kebun-kebun sawit baru, sehingga mereka harus menggusur hutan-hutan alam yang mempunyai nilai ekonomi dan ekologi jangka panjang serta bermanfaat di masa yang akan datang.

Jejak ekologis adalah ukuran seberapa besar kebutuhan manusia akan sumber daya alam dibandingkan dengan ketersediaannya di bumi. Misalnya, saat membeli sebuah pakaian baru berarti kita telah menghabiskan sejumlah sumber daya alam. Katakanlah sekian liter air digunakan untuk menyirami si pohon kapuk yang akan dijadikan kain. Selain itu kita juga menghabiskan sejumlah bahan bakar minyak untuk mengangkut kapuk tersebut ke pabrik. Juga bahan bakar minyak untuk menghidupkan mesin yang akan mengolah kapuk hingga menjadi kain.
Sebut saja kain tersebut kemudian dijahit dengan menggunakan mesin jahit listrik, maka kita juga telah menggunakan sejumlah energi dari batu bara untuk membangkitkan sumber listrik. Kemudian bahan bakar minyak juga digunakan untuk mengangkut pakaian yang telah jadi untuk dipasarkan. Jika pakaian ini adalah hasil impor dari luar negri, tentu lebih banyak lagi bahan bakar yang dibutuhkan untuk membuatnya sampai ke tangan kita.
Jejak kaki ekologis menganalisa perbandingan kebutuhan manusia terhadap alam dengan kemampuan alam untuk meregenerasi sumberdayanya. Jejak kaki ekologis diukur dengan menganalisa jumlah dari lahan produktif darat dan laut yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi yang diperlukan manusia. Dalam metode penghitungan jejak kaki ekologis, semua bentuk sumber daya alam dikonversi dalam sebuah satuan pengukuran yang disebut global hektar (gha).
Dengan menggunakan asesmen ini, memungkinkan untuk memperkirakan berapa banyak bagian dari planet bumi yang akan dibutuhkan untuk mendukung kehidupan setiap orang dengan gaya hidup yang dijalaninya.

B.     Penduduk dan Daya Dukung Lingkungan

Manusia dengan berbagai macam kegiatannya menghasilkan limbah. Ketika jumlah penduduk masih sedidik terdapat keseimbangan antara jumlah limbah yang dibuang dengan kemampuan pemurnian dari lingkungan sehingga lingkungan tidak mengalami pencemaran atau tingkat pencemaran yang rendah (Soemarwoto, 1995).
Dengan makin meningkatnya jumlah penduduk disuatu wilayah maka jumlah limbah yang dihasilkan melampaui kemampuan lingkungan untuk memurnikan diri akibatnya terjadilah pencemaran lingkungan.
            Dihubungkan dengan jumlah penduduk yang dapat ditampung oleh lingkungan hidup disuatu wilayah secara berkelanjutan, konsep daya dukung menjadi lebih rumit karena peranan yang unik dari kebudayaan manusia. Terdapat tiga factor kebudayaan yang saling terkait secara kritikal dengan daya dukung suatu wilayah (ranganathan dan daily, 2003) yaitu :
1.       Perbedaan-perbedaan individual dalam hal tipe dan kuantitas sumber daya yang dikonsumsi.
2.       Perubahan yang cepat dalam hal pola konsumsi sumberdaya.
3.       Perubahan teknologi dan perubahan budaya lainnya.

Ecological footprint (jejak ekologi) adalah suatu metode penghitungan sumberdaya yang memperkirakan konsumsi sumberdaya alam dan penyerapan limbah yang diperlukan sebuah populasi manusia atau kegiatan ekonomi dalam bentuk :
1.       Luas lahan area produktif (Wackernagel and Rees, 1996). Analisis jejak ekologi ini menghitung dampak aktifitas manusia terhadap alam. Metode ini mampu menjawab pertanyaan dasar pembangunan berkelanjutan, yaitu seberapa besar sumberdaya alam yang telah digunakan manusia dibandingkan dengan ketersediaannya sehingga konsep ini dapat membantu mencapai pembangunan keberlanjutan. Menurut Wackernagel et.al. (2005) penelitian tentang jejak ekologi merupakan salah satu upaya mendukung keberhasilan pemerintah nasional ataupun lokal dalam membantu penduduknya hidup berkecukupan baik sekarang maupun dimasa depan. Walaupun keberadaan modal alami, kemampuan alam untuk menyediakan sumber daya dan pelayanan ekologi bukanlah satu-satunya penentu keberhasilan ini. Namun tanpa modal alami, visi tersebut menjadi tidak mungkin untuk diwujudkan. Hasil penelitian Globalfootprint Network tahun 2006 dengan populasi penduduk dunia 6,6 milyar jiwa, menunjukan total biocapacity (kapasitas produksi secara hayati) adalah 11,9 milyar global hektar (gha) atau 1,8 gha perkapita, sedangkan total jejak ekologi adalah 17,1 milyar gha atau 2,6 gha perkapita. Hal ini berarti rata-rata penduduk bumi mengalami defisit 0,8 gha, yang berarti diperlukan 1,44 planet bumi untuk menopang kehidupan manusia. Penggunaan bumi berdasarkan jejak ekologi tahun 2006 adalah jejak karbon (carbon footprint) sebanyak 9,1 milyar gha, jejak pertanian (cropland footprint) 3,7 gha, jejak hutan (forest footprint) 1,8 gha, jejak penggembalaan (grazingfootprint) 1,4 gha, jejak perikanan (fisheries footprint) 0,6 gha dan jejak terbangun (build footprint)    0,4 gha (Globalfootprint network, 2006).
2.       Jika konsumsi manusia lebih besar dari biokapasitas alam akan mengakibatkan kerusakan lingkungan akibat ekstraksi sumberdaya alam yang berlebihan dan akan menurunkan kemampuan alam dalam mendukung kebutuhan hidup manusia. Salah satu konsumsi yang besar pengaruhnya dalam perhitungan jejak ekologi adalah konsumsi pangan (Wackernagel and Rees, 1996). Jejak makanan (food footprint) menghitung dampak aktifitas konsumsi pangan manusia terhadap alam. Dampak meliputi area lahan yang dibutuhkan untuk memproduksi biomassa, lahan hutan untuk menyerap sampah dan CO2 dalam produksi tersebut dan lahan perairan dalam memproduksi perikanan. Semakin jauh lokasi sumber pangan dengan konsumen dan semakin sering mengkonsumsi pangan kemasan, maka semakin besar pula luasan lahan yang diperlukan untuk memenuhinya(Bond, 2002).

            Penghitungan ekologi Footprint selalu didasarkan dengan lima asumsi (venetoulis dan thalberth, 2005) sebagai berikut :
1.       Sangat mungkin menelusuri jejak hampir seluruh sumber daya yang dikonsumsi orang dan limbah yang dihasilkannya. Informasi ini dapat ditemukan di kantor statistic.
2.       Hampir semua sumber daya dan aliran limbah dapat dikonfersi menjadi area produktif biologis yang dibutuhkan untuk memelihara aliran tersebut.
3.       Perbedaan area dapat diekspresikan dalam satu unit yang sama (hektar atau are) yang disebut dengan skala proporsional produktivitas biomassa.
4.       Sesudah setiap ukuran lahan distandarisasi yang menunjukan jumlah yang sama dari produktivitas biomassa, maka dapat ditambah dengan jumlah permintaan yang ditunjuk oleh manusia.
5.       Area bagi total untuk permintaan manusia ini dapat dibandingkan dengan jasa ekologis yang ditawarkan alam, saat itulah kita dapat menaksir area produktif diatas planet.

C.     Kebutuhan Lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria di Indonesia

Tabel 1. Kebutuhan Lahan perorang pertahun berdasarkan kriteria

No
Kebutuhan Lahan
Jumlah (Ha/ orang)
Persentase
1
Lahan energi
0.201
25.70
2
Lahan terdegradasi
0.26
33.30
3
Kebun
0.026
3.33
4
Lahan pertanian
0.013
1.66
5
Lahan peternakan
0.072
9.21
6
Hutan
0.21
26.90
Total Kebutuhan Lahan
0.78
100

Sumber : Laporan Final Kajian daya Dukung Lingkungan P.Jawa, Jakarta PT. Lemtek Konsultan Indonesia, 2007.

Rincian asumsi untuk menetapkan kebutuhan lahan perorang adalah :
1.       Kebutuhan pangan adalah berdasarkan 4 sehat 5 sempurna.
2.       Kebutuhan papan digunakan standart T 76 perumahan dept. PU :90 m2 untuk keluarga terdiri dari 3 orang atau 20-30 m2 per orang.
3.       Kebutuhan transfortasi setara 120 kg beras /tahun
4.       Kebutuhan energi setara 120 kg beras / tahun
5.       Kebutuhan untuk daur ulang (air, CO2, limbah/sampah lainnya) setara dengan 120 liter air/hari untuk kemampuan hutan mendaur ulang air 0.3 liter air untuk setiap 1 liter dengan tinggi curah hujan rata-rata 2000-2500 mm dan 56 kg CO2 perhektar hutan serta keanekaragaman hayati.

Manusia hidup butuh PANGAN yang didapatkan dari proses BUDIDAYA TANAMAN, yang butuh lahan yang luas. Luasan lahan pertanian di Indonesia saat ini mengalami penciutan akibat perubahan fungsi.
Daya dukung bumi (earth carrying capacity) secara spasial berhubungan dengan ketersediaan lahan dimana suatu komunitas tinggal. Konsep kapasitas daya dukung bumi tersebut mengukur besaran maksimum populasi yang mampu ditopang secara berkelanjutan oleh luasan area tertentu di bumi.

Analisis EF (ecological footprint) sendiri tampaknya beranjak dari pemikiran yang sederhana, yakni kapasitas daya dukung area (lahan) produktif (biocapacity) untuk hidup manusia. Lahan produktif itu hanya berupa daratan dan perairan, yang sebenarnya pun tak bisa dimanfaatkan keseluruhannya. Jadi berapa yang bisa diambil dari alam oleh manusia untuk hidup dan berapa sampah yang harus kembali dibuang ke alam oleh manusia dalam cakupan wilayah tertentu. Eksploitasi oleh manusia dari alam itu bisa dalam bentuk dan berbagai macam kegiatan, misal makan, transport, energi, dan sebagainya. Besaran area analisisnya adalah populasi penduduk yang bisa sangat bervariasi, mulai dari individu atau keluarga, atau melebar mulai dari kota, wilayah, negara, atau bahkan seluruh bumi. Kondisi saat ini pun diketahui bahwa kapasitas penggunaan alam untuk hidup manusia telah 23% melampui kemampuan regenerasi bumi itu sendiri. Dalam istilah EF, kelebihan dari kemampuan daya dukung alam ini disebut overshoot.
Mengutip temuan Mathis Wackernagel dkk. bahwa individu di bumi ini saat ini mengambil jatah rata-rata sekitar 2.2 ha, namun karena ada hak pula dari makhluk lain yang dinamakan “earth share”, maka jatah manusia sebenarnya tinggal 1.87 ha. Untuk kasus saat ini saja, penduduk bumi telah berhutang hampir 0.4 ha. Dari beberapa laporan studi ternyata juga terlihat bahwa makin majunya sebuah negara makin besar jejak ekologi yang harus dibayarnya. UAE 11.9, Amerika 9.5 ha, Inggris 5.45 ha, Wales 4.45 ha, Swiss 4 ha, Indonesia 1.1 ha, dan Bangladesh rata2 0.5 ha. Membacanya, untuk menuruti gaya hidup orang Amerika, maka area yang mereka huni harus dijembarkan menjadi 9.5 kalinya sekarang. Mereka juga telah mengalami apa yang dinamakan ecological deficit, sedang orang Bangladesh boleh lah disebut memiliki ecological reserve. istilah ini digunakan untuk membandingkan jejak ekologi dan kapasitas biologinya.
Beberapa faktor yang menjadi komponen penghitungan adalah bagaimana jejak rantai makanan (food), tempat berteduh (shelter), perjalanan untuk berkegiatan (mobility), barang (goods), jasa (service). Dari 5 jejak ini terasa mobilitas, makanan, dan perumahan mendapat porsi penyelidikan yang besar. Sebaliknya barang dan jasa hanya sekelumit mendapat penilaian.

Jejak Ekologiku
Jejak ekologi adalah satu sistem yang mengukur seberapa banyak tanah dan air yang diperlukan populasi manusia untuk menghasilkan sumber yang mereka habiskan dan menyerap limbah yang dihasilkannya. (Wackernagel & Rees, 1996)

Lembar kerja berikut adalah perhitungan kasar yg menunjukkan seberapa besar jejak ekologi saya dan bagaiman pilihan yang saya buat menjadikan jejak ekologis saya menyusut atau meluas.

1.       Dalam hitungan jejak ekologi (ecological footprint), kita bisa menilai sejauhmana tingkat konsumsi kita mempengaruhi kualitas lingkungan hidup kita dan tentu saja berapa besar kemudian korban yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan hidup yang bersumber dari pola konsumsi. Hitungan jejak ekologi ini memang cara menghitung dengan cepat dan relatif akurat untuk perseorangan yang bisa dihitung perbulan atau pertahun, dan tentu saja ini bisa diterapkan dimana saja termasuk di Indonesia yang tingkat kerusakan ekologinya begitu tinggi. Hasil dari hitungan ecological footprint kita mungkin akan sangat mengagetkan, tapi hitungan ini sekaligus bisa menjadi “alat” bagi kita untuk mulai mengurangi tingkat konsumerisme dalam kehidupan sehari-hari.
2.       Jejak ekologi pribadi saya adalah 6,96 Hektar. Berarti jejak ekologi saya telah melebihi standar yang ada. Sekarang tinggal saya berusaha meminimalisir hal-hal dalam kehidupan saya agar tidak merusak lingkungan yang telah diciptakan ini.

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar